Materi 3: Tata Cara Menerima Panggilan Telepon
1. ETIKA
BERTELEPON
Banyak orang menyamakan
begitu saja kata “etika” dan “etiket” padahal keduanya memiliki pengertian
berbeda. Etika adalah cabang filsafat yang membahas tingkah laku manusia
berdasarkan kaidah “baik-buruk, benar-salah, tepat-tidak.” Sedangkan etiket
(bahasa Perancis Etiquette) adalah tata krama, sopan santun, atau tata
pergaulan. Kalau etika membahas “apa yang benar, salah, jujur, adil dan
lain-lain, sementara etiket“ apa yang sopan dan pantas.” Etiket diterapkan,
misalnya dalam percakapan, bertamu, berkunjung, makan-minum, melayani atau
menerima tamu, bertelepon dan seterusnya.
Bagaimana etiket
bertelepon? Ketika kita menggunakan pesawat telepon, kita memang tidak
berhadapan dengan orang yang kita ajak berkomunikasi. Dengan demikian, kita
tidak perlu tampil dengan cantik dan menarik, memakai busana yang up to date,
juga tidak perlu menampakkan wajah yang ramah dan penuh senyum seperti layaknya
menerima tamu. Hal yang terpenting hanyalah suara yang jelas, tegas, namun
terkesan ramah, hangat, dan bersahabat, dan juga tidak bernada emosi. Dengan
suara yang merdu didengar, tidak jarang orang menjadi lebih betah dan senang
berkomunisi dengan kita. Walaupun begitu, penampilan tetap tidak boleh
diabaikan, karena tugas sekretaris bukan hanya menerima atau menelpon.
Memang kita tidak
berhadapan langsung dengan orang yang kita ajak bicara akan tetapi
etiket dalam bertelepon tidak boleh diabaikan. Adapun hal-hal yang
penting dan harus kita perhatikan dan dilaksanakan sehubungan dengan etiket
bertelepon adalah sebagai berikut.
1.
Jangan membiarkan telepon berdering
terlalu lama, maksimal tiga kali berdering segeralah telepon diangkat dan
jawablah dengan sopan. Bersikaplah bijaksana dalam menanggapi
penelepon. Siapapun yang menelepon adalah penting dan patut dilayani
dengan sebaik-baiknya
2.
Jangan memulai dengan kata “halo” tetapi
langsung menyebutkan nama organisasi atau perusahaan tempat kita bekerja. Kata
“hallo” hanya membuang waktu dan bertelepon bila seseorang sudah mengenal
penelpon begitu dekat, tetapi jika kita berada di tempat kerja, sebaiknya kata
tersebut tidak digunakan.
3.
Jangan menggunakan pesawat telepon di
tempat kerja untuk kepentingan pribadi atau terlalu lama berbicara dengan si
penelpon. Sekretaris yang pada umumnya wanita, sering tergoda dengan “hobi
ngerumpi.” Dalam hal ini kita harus mampu menempatkan diri kita sebagai petugas
kantor. Sebaiknya dihindari percakapan melalui telepon apabila tidak begitu
perlu. Namun, apabila memang ada kepentingan pribadi yang begitu mendesak untuk
dibicarakan kita dapat menggunakan hubungan telepon dengan bijaksana. Artinya,
bicara seperlunya tanpa menggangu tugas kita.
4.
Berusahalah mendengarkan lawan bicara
kita, jangan melamun atau bersikap tidak tertuju pada pembicaraan.
Kadang-kadang kita meminta penelpon mengulangi pembicaraan dengan ungkapan,
“apa, bisa diulang?” Sungguh hal yang tidak sopan bila kita mengungkapkan hal
demikian. Oleh karena itu, konsentrasikan pikiran sejenak pada percakapan
tersebut.
5.
Jangan mengucapkan kata-kata yang
menyinggung perasaan, sebaliknya bicaralah dengan sikap yang menyenangkan.
Mungkin kita mendapat perlakuan yang kurang enak dari percakapan melalui
telepon, tetapi sebaiknya kita dapat menahan diri untuk tidak mengucapkan
kata-kata kasar, bahkan sampai menyinggung perasaan penelpon. Bagaimanapun
juga, seorang sekretaris harus tetap ramah dan sopan di dalam percakapan lewat
telepon.
6.
Berusahalah untuk menanggapi maksud
pembicara dengan cepat dan memberi kesan bahwa orang yang kita ajak bicara
diperhatikan seperti layaknya kita berhadapan langsung dengannya.
7.
Berbicaralah dengan tempo yang sedang,
tidak terlalu cepat atau terlalu lambat. Bila kita berbicara terlalu cepat,
orang yang berkomunikasi dengan kita sering tidak memahami isi pembicaraan
kita. Tetapi bila kita berbicara terlalu lambat, orang akan cepat bosan karena
harus menunggu terlalu lama untuk memahami maksud pembicaraan kita. Namun juga
jangan berbicara dengan suara terlalu keras dan perhatikan volume suara,
ucapkan dengan kata yang jelas, lancar, dan kecepatan yang normal.
8.
Apabila kita menelepon, kita harus siap
menyebut nama dan jabatan orang yang akan dituju, di samping pokok
pembicaraannya. Jangan sampai sesudah menghubungi nomor tertentu, kemudian kita
bertanya, “saya harus berbicara dengan siapa ya?”
9.
Apabila kita menelpon seseorang, kita
dapat menanyakan apakah saat ini memang waktu yang tepat untuk berbicara.
Barangkali saat ini orang yang kita tuju sedang sibuk, sehingga kita terpaksa
mengganggu di sela-sela kesibukannya.
10.
Jangan menganggap bahwa panggilan telepon
merupakan gangguan kepada pekerja. Bicaralah seperlunya sesuai dengan maksud
pembicaraan, dan jangan bicara di telepon tidak boleh sambil makan atau
berdecak.
11.
Catat poin pesan-pesan yang disampaikan.
12.
Mintalah
nomor teleponnya, sekaligus mintalah maaf jika membuat kesalahan-kesalahan
sewaktu dalam pembicaraan telepon.
13.
Mengakiri
pembicaraan dengan tepat. Jangan lupa mengucapkan kata “terima kasih” (thank
you) dan “kembali” (you are welcome), dan mengucapkan salam “Selamat pagi” atau
Selamat Siang” ketika mengakiri pembicaraan.
14.
Meletakkan
gagang telepon dengan pelan.
Q Hal-hal
yang harus dihindari sekretaris dalam komunikasi melalui telepon
·
Memakai bahasa informal, terutama kepada
orang yang belum akrab atau belum tahu siapa orang yang berbicara di telepon.
·
Berbicara dengan orang lain selagi
berbicara di telepon.
·
Berbicara sambil makan sesuatu atau
mengunyah permen.
·
Berbicara terlalu banyak basa-basi.
·
Berbicara dengan nada kasar atau
membentak.
·
Berbicara dengan nada memerintah.
·
Penelpon dibiarkan menunggu terlalu
lama, tanpa penjelasan, hanya bunyi musik yang diperdengarkan.
·
Penelpon ditransfer berkali-kali atau
ditransfer ke alamat yang salah.
·
Nada dan intonasi terkesan malas atau
tak ramah.
2. LANGKAH-LANGKAH
DAN TEKNIK MENERIMA TELEPON
a. Teknik
Mengangkat Telepon
Setiap kali telepon
berdering, harus segera diangkat, jangan sampai dering telepon berbunyi lebih
dari 3 (tiga) kali, sebab akan mengganggu suasana kerja. Karena letak ruang sekretaris
berdekatan dengan ruang pimpinan, dering telepon yang terus-menerus pasti akan
mengganggu konsentrasi pimpinan. Oleh karena itu, kita harus bergerak cepat
bila telepon berdering, walaupun sedang sibuk sekalipun, kita tidak dapat
mengabaikan. Sikap dalam menerima telepon, yakni ketika telepon berdering,
angkat gagang telepon dengan segera dan gunakan tangan kiri, tangan kanan siap
dengan alat tulis.
b.
Menyiapkan Buku Catatan
Siapkan
buku catatan dan alat tulis untuk mencatat hal-hal yang penting. Sekretaris
harus dapat bekerja secara efektif dan efisien dengan menggunakan kedua
tangannya, tangan kiri memegang gagang telepon, tangan kanan mencatat pesan
yang disampaikan.
c.
Memberi Salam Kepada Penelpon
Berilah
salam sesuai dengan waktu kepada penelpon, kemudian menyebutkan identitas
perusahaan tempat kita bekerja (nama kantor atau nomor telepon dan nama
penerima telepon). Bila penelpon lebih dulu mengucapkan salam dan
kemudian menyeutkan identitas perusahaan dan dirinya. Tidak cukup hanya
menyapanya dengan bapak, ibu, atau saudara, kemudian kita lanjutkan identitas
diri dan perusahaan.
Tidak
cukup kita menyapanya dengan bapak, ibu atau saudara; tetapi dengan sebutan
namanya, misalnya Bapak Djoko.
Jika
penelpon tidak menunjukkan identitas dirinya, kita dapat mengajukan dengan
pertanyaan, misalnya “Maaf dapatkah saya mengetahui dengan siapa
sayaberbicara?; atau “maaf,” bolehkah saya mengetahui
mengetahui nama Bapak/Ibu/Saudara?; Tetapi jangan sampai kita bertanya seperti
anak kecil misalnya, “ini siapa sih.” Walaupun percakapan dilakukan melalui
telepon, tutur kata harus diperhatikan agar tidak menyinggung perasaan
penelpon.
d.
Membuka Pembicaraan
Jika
penelpon ingin berbicara dengan pimpinan dan pimpinan kita ada ditempat kerja,
penelpon dimohon untuk menunggu sebentar karena kita harus menstranfer hubungan
tersebut ke telepon pimpinan. Jika ternyata pimpinan sedang tidak mau diganggu,
maka dengan bijaksana kita dapat mengatakan bahwa pimpinan sedang tidak berada
di tempat kerja atau yang lain. Biasanya hal ini terpaksa dilakukan apabila
pimpinan sedang mengadakan rapat, kita dapat segera menginformasikan keberadaan
pimpinan, misalnya dengan mengatakan, “Maaf, Bapak pimpinan sedang
mengadakan rapat, apakah Bapak/Ibu ingin meninggalkan pesan yang
dapat saya sampaikan kepada beliau?” Percakapan serupa dapat juga dilakukan,
apabila pimpinan sedang dinas keluar. Pada saat menjawab penelpon, sekretaris tidak
perlu memberikan jawaban yang mendetail, tetapi cukup menginformasikan hal-hal
yang inti saja.
Di
sini, sekretaris ditantang untuk menjawab secara diplomatis setiap pembicaraan.
Misalnya, jika pimpinan sedang menelpon seseorang, agar penelpon tidak terlalu
lama menunggu, katakana bahwa pimpinan sedang on line atau sedang
melakukan pembicaraan dengan telepon lain. Anda tidak perlu mengatakan pimpinan
sedang bercakap-cakap dengan Bapak Soeryanto dari Unesa. Jika kebetulan
pimpinan tidak berada di tempat, anda dapat juga mengajukan pertanyaan, apakah
berkenan dihubungkan dengan wakil pimpinan.
Tetapi Hindari
penggunaan kata “halo” karena kurang sopan. Kata “halo” hanya
digunakan apabila menyambung pembicaraan yang terputus atau ada gangguan.
Contoh:
“Selamat
pagi, PT DANA PERTAMA, di sini,” atau
“Selamat
siang, di sini PT DANA PERTAMA,” atau
“Selamat
sore, PT DANA PERTAMA, Fina bicara”
Apabila
telepon itu datang dari dalam instansi sendiri, penerima telepon dapat menjawab
sebagai berikut.
“Selamat
siang, dengan Septiani di sini” atau
“Pesawat
213, selamat siang” atau
“Administrasi
Perkantoran. Septiani di sini.”
Jika
penelepon tidak menyebutkan identitasnya, penerima telepon dapat bertanya:
“Bolehkah
saya mengetahui siapa yang sedang bicara?”
“Bolehkah
saya mengetahui dengan siapa saya bicara?”
Hindari
pertanyaan seperti berikut.
“Siapa
ini?”, atau “siapa sih ini?” atau “Anda siapa?” atau “Siapa yang bicara?”
e.
Hubungkan segera Penelepon dengan yang
Dicari
Yakinkan
siapa orang yang akan dihubungi/dicari karena penelepon akan sangat kecewa bila
yang dihubungi tidak sesuai dengan yang dikehendaki.
Sebagai
contoh:
Yang
ingin dihubungi Ardi, bukan Andi.
Yang
ingin dihubungi Halimah, bukan Fatimah.
Sebaiknya
penerima telepon mempunyai urutan alfabet untuk memudahkan dalam mengeja nama
maupun kata-kata yang kurang jelas.
f.
Menciptakan Kesan yang Baik
1) Penelpon
ingin berbicara langsung dengan atasan perusahaan, jawablah dengan lembut atau
sopan.
· “Dapatkah
Bapak/Ibu menunggu sebentar?”
· “Ya.
Pak/Bu, apakah dapat menunggu?”
Hindari
ucapan:
· “Tunggu
yah” atau
· “Bentar
yah.”
2) Apabila
penelepon bersedia menunggu sebelum disambungkan kepada yang dituju,
ucapan: “Terima kasih atas kesabaran menunggu
Bapak/Ibu. Sekarang Bapak/Ibu dapat berbicara dengan Bapak/Ibu ……….”
3) Jika
orang yang dicari atau diajak bicara oleh si penelepon sedang keluar, penerima
telepon harus:
·
Memberikan keterangan kepada penelepon
tentang ketidak hadiran orang yang dicari secara singkat, tetapi tetap sopan,
hati-hati, dan menyenangkan.
Contoh
ucapan yang baik:
- “Bapak/Ibu
…. Sedang keluar, dapatkah saya membantu Anda?”
- “Bapak/Ibu
…. Sedang keluar, dapatkah Anda menelepon kembali?”
- “Bapak/Ibu
…. Sedang keluar, dapatkah Anda meninggalkan pesan?”
·
Berusaha untuk mendapatkan keterangan
selengkapnya tentang identitas penelepon.
4) Kadang-kadang
penerima telepon harus menjawab telepon dengan kondisi atau keadaan yang bukan
sebenarnya tentang kegiatan dan keadaan pimpinan. Hal ini karena
kondisi mengharuskan. Oleh karena itu, penerima telepon harus dapat
menjawab dengan bijaksana.
5) Ketika
penelepon berbicara, penerima telepon harus mendengarkan baik-baik dan jangan
mengganggu pimpinan. Di sela-sela pembicaraan, penerima telepon
sebaiknya memberikan respon dengan kata-kata:
- “Ya”
- “Tentu”
- “Ya,
saya tahu”
- “Benar”,
dan sebagainya
6) Jika
penelepon salah sambung, penerima telepon berbicara: “Maaf Anda
telah salah sambung, di sini 7431265” (identitas penerima telepon).
g.
Mencatat Pesan
Apabila
telepon tidak dapat disambungkan kepada yang dituju, penerima telepon harus:
v Mencatat
segala sesuatu yang diperlukan;
v Memberikan
keterangan yang jelas dan lengkap;
v Menanyakan
kepada penelepon nama dan nomor teleponnya, hal ini penting bila penerima telepon
atau pimpinan ingin menelepon kembali;
v Menghindari
kesalahan-kesalahan isi pesan dari si penelepon dengan cara menyebutkan kembali
pesan tersebut;
h.
Salam Penutup
Jika
telah menyelesaikan pembicaraan dengan penelepon, penerima telepon sebaiknya
mengucapkan “Selamat pagi” atau “siang” atau “sore” dan jangan meletakkan
gagang telepon mendahului penelpon, tunggu sampai gagang telepon diletakkan
atau telepon ditutup selama dua atau tiga detik oleh penelepon.
3. LANGKAH
DAN TEKNIK MENELEPON
a) Berikut adalah
hal-hal yang harus dipersiapkan sebelum melakukan telepon keluar:
1.
Alat
Agar
latihan ini dapat berjalan dengan baik, berikut ini adalah alat-alat yang
dibutuhkan.
[ alat
tulis (pulpen, kertas)
[ pesawat telepon
[ meja
dan kursi (tempat pesawat telepon dan duduk Anda)
[ format penerima
pesan
2.
Bahan
[ Pesan lisan
3.
Langkah Kerja
[ Mengangkat
gagang telepon ketika telepon berdering.
[ Mengucapkan salam.
[ Menanyakan
Keperluan penelepon dengan ramah dan penuh perhatian.
[ Mencatat
pesan pada format penerima telepon.
[ Menyalin
pembicaraan dan mengucapkan salam penutup.
[ Mengambil
formulir penerimaan pesan dan mencatat pesan telepon dengan benar.
b) Teknik Menelepon
a.
Sebelum Menelepon
1) Siapkan
nomor telepon yang akan dihubungi:
2) Jangan
mengangkat gagang telepon sebelum Anda benar-benar yakin nomor telepon yang
dituju.
3) Sediakan
buku catatan untuk mencatat hasil percakapan atau menulis pokok-pokok
pembicaraan.
b.
Saat Menelepon
Cara-cara
menelpon adalah melalui tahapan sebagai berikut.
1) Angkat
gagang telepon, dengar nada pilih.
2) Putarlah
atau nomor telepon yang diinginkan atau yang dituju.
3) Sesuaikan
nomor kode wilayah, apakah lokal, interlokal atau
internasional. Misalnya untuk lokal langsung memutar/menekan nomor
yang dituju, contoh:
i.
Telepon Interlokal, putar/tekan kode
wilayah, lalu nomor telepon yang dituju.
Misalnya :
(031) 3717684
Kode
wilayah Bandung : 031
Nomor
yang dituju : 3717684
ii.
Telepon Internasional, putar/tekan kode
awal internasional, kode negara, kode wilayah, lalu nomor telepon yang dituju.
Misalnya :
(001) (61) 2 8180765
Kode
internasional : 001 atau 008
Kode
negara (misalnya Australia) :
61
Kode
wilayah (misalnya kode kota Sydney) : 2
Nomor
telepon yang dituju :
8180765
4) Apabila
penelepon mendengar nada pilih, atau nada sedang sibuk, penelepon menutup
telepon beberapa saat, kemudian dapat mengulang kembali menekan nomor yang dituju
atau tekan tombol “redial”.
5) Bila
hubungan telah tersambung dan pihak yang dituju telah mengangkat gagang
telepon, sebelum mengutarakan maksud dan tujuan, pastikan bahwa nomor yang
dituju benar.
6) Apabila
sudah benar sebutkan identitas Anda sebagai penelpon atau kantor penelepon,
misalnya “Selamat pagi, kami dari PT Cipta Karya, dapatkah bicara dengan Bapak
Joko?”
7) Ucapkanlah dengan
jelas dan singkat maksud dan tujuan penelepon.
8) Catat
semua jawaban yang diterima.
9) Berikan
selalu kesan ramah dan ucapkan salam penutup.
Bagaimanakah
bila Anda menelpon ke suatu instansi yang di dalamnya menggunakan jasa operator
atau sistem PMBX atau PABX? Dalam hal demikian lakukanlah prosedur sebagai
berikut.
1. Angkat
gagang telepon, dengar nada pilih.
2. Putarlah
atau nomor telepon yang diinginkan atau yang dituju.
3. Sesuaikan
nomor kode wilayah, apakah lokal, interlokal atau internasional.
Misalnya
untuk lokal langsung memutar/menekan nomor yang dituju, contoh:
Telepon
Interlokal, putar/tekan kode wilayah, lalu nomor telepon yang dituju.
Misalnya : (022)
5245532
Kode
wilayah Bandung :
022
Nomor
yang dituju :
5245532
Telepon
Internasional, putar/tekan kode awal internasional, kode negara, kode wilayah,
lalu nomor telepon yang dituju.
Misalnya : (001) (61)
2 8180744
Kode
internasional :
001 atau 008
Kode
negara (misalnya Australia) :
61
Kode
wilayah (misalnya kode kota Sydney) :
2
Nomor
telepon yang dituju :
8180744
4. Apabila
penelepon mendengar nada pilih, atau nada sedang sibuk, penelepon menutup
telepon beberapa saat, kemudian dapat mengulang kembali menekan nomor yang
dituju atau tekan tombol “redial”.
5. Bila
hubungan telah tersambung dan pihak yang dituju telah mengangkat gagang
telepon, sebelum mengutarakan maksud dan tujuan, pastikan bahwa nomor yang
dituju benar.
6. Apabila
sudah benar sebutkan identitas Anda sebagai penelpon atau kantor Anda, misalnya
“Selamat pagi, kami dari PT Cipta Karya, dapatkah bicara dengan Bapak Joko di
bagian … ?” atau mintalah kepada operator untuk menyambungkan Anda ke pesawat
tertentu, “Minta tolong disambungkan ke pesawat 403” atau “Bisa disambungkan ke
pesawat 403?” Atau jika di instansi Anda menelpon terdapat jasa PABX, Anda bisa
langsung menekan pesawat yang Anda inginkan begitu Anda telah tersambung dengan
nomor yang Anda tuju.
7. Jika
sudah tersambung dengan pesawat yang dimaksud, ulangi untuk menegaskan
identitas Anda sebagai penelpon dan kantor Anda.
8. Ucapkanlah
dengan jelas dan singkat maksud dan tujuan penelepon.
9. Catat
semua jawaban yang diterima.
10. Berikan
selalu kesan ramah dan ucapkan salam penutup.
Bagaimana
Anda harus menelpon jika di dalam instansi Anda bekerja digunakan jasa operator
yang akan menghubungkan telepon jika harus menelpon keluar? Dalam hal demikian,
sebelum telepon tersambung keluar yaitu nomor yang Anda tuju, mintalah operator
untuk menyambungkannya. Jadi, setelah Anda mendengar ada nada pilih, tekanlah
nomor yang diprogram untuk operator, mintalah untuk disambungkan ke nomor
tertentu. Selanjutnya lakukan prosedur yang sama sebagaimana tertulis di
atas.
c.
Mengakhiri Pembicaraan
Apabila
Anda sudah yakin bahwa semua data telah diperoleh, berilah salam penutup dan
ucapkan terima kasih, misalnya, “Terima kasih Ibu Fina, selamat pagi” atau
“Terima kasih atas segala informasi Ibu Fina, selamat pagi.”
d.
Meletakkan Gagang
Telepon
Apabila
pembicaraan selesai, letakkanlah gagang telepon dengan baik dan perlahan, agar
tidak mempunyai kesan marah dengan membanting telepon.
4. HAMBATAN
– HAMBATAN DALAM MENANGANI TELEPON
Hambatan terbagi dalam
dua hal, yaitu faktor alat dan faktor komunikasi.
1.
Faktor Alat
Hambatan
dari faktor peralatan/alat, yaitu:
[ Suara
berisik.
[ Suara
timbul tenggelam.
[ Suara
mengecil.
[ Saat
memutar/menekan tombol telepon, tidak terdengan nada kontak.
[ Nada
sambung tidak terdengar.
[ Di
tengah-tengah pembicaraan sambungan terputus.
2.
Faktor Pemakaian (Komunikan dan
Komunikator)
Hambatan
dari faktor pemakaian, yaitu:
[ Berbicara
monoton dan tidak jelas pengucapannya.
[ Berdecak
atau berbicara di telepon sambil makan.
[ Meninggalkan
telepon sambil bicara kepada orang lain.
[ Berbicara
terlalu cepat.
[ Desah
nafas yang terdengar.
[ Berbicara
kotor atau sambil bersenda gurau.
[ Berbicara
sambil kepala bergerak ke kiri dan ke kanan.
[ Letak
gagang telepon terlalu ke atas/ke bawah.
Komentar
Posting Komentar